Eksperimentasi
Pembelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran
Kontekstual Materi Peluang
pada Siswa Kelas IX SMP
Negeri I Binangun Tahun Ajaran 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Rendahnya
prestasi pendidikan adalah salah satu masalah yang ada dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Salah satunya adalah rendahnya prestasi belajar matematika para
siswa. Prestasi belajar matematika siswa di Indonesia baik di dalam negri
maupun tingkat internasional masih sangat rendah.
1. Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) melaporkan pada tahun 2007 menempatkan Indonesia pada posisi ke-36
dalam bidang matematika dari 48 negara.Dikatakan juga
bahwa bahwa pelajar Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di Indonesia dikategorikan berada di bawah standar internasional dalam
penguasaan matematika.
2. Laporan Programme
for International Student Asseement (PISA) pada tahun 2003, Indonesia
berada pada urutan ke-33 dari 40 negara peserta dalam matematika, IPA, maupun
membaca.
Berdasarkan
data yang diperoleh penulis pada saat pra penelitian menunjukkan bahwa prestasi
belajar siswa pada SMP Negeri 1 Binangun rata-rata di bawah 6,50. Hal tersebut
memberikan indikasi bahwa prestasi belajar siswa pada SMP Negeri 1 Binangun
Kabupaten Cilacap masih tergolong di bawah rata-rata.
Hasil rata-rata nilai Ujian Nasional
Mata pelajaran
|
Rata-Rata UjianNasional
|
Matematika
|
6,25
|
IPA
|
7,85
|
Bahasa
Indonesia
|
7,65
|
B.
Identifikasi
Masalah
1. Rendahnya
prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh kurang tepatnya
metode mengajar yang digunakan oleh para guru.
2. Rendahnya
prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh kurangnya media
pembelajaran yang tersedia.
3. Rendahnya
prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan oleh guru yang belum mampu
meningkatkan motivasi siswanya untuk belajar.
C.
Pemilihan
Masalah
Dari identifikasi masalah di atas peneliti
memilih masalah pada nomor 1 sebagai masalah yang akan diteliti lebih lanjut.
Pemilihan masalah ini didasarkan pada alasan bahwa salah satu faktor yang dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa adalah metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru.Sehingga permasalahan tersebut
menarik untuk diteliti lebih lanjut.
D.
Pembatasan
Masalah
Dari
pemilihan masalah di atas, selanjutnya peneliti melakukan pembatasan sebagai
berikut:
1. Metode
pembelajaran yang akan digunakan adalah Metode Pembelajaran Kontekstual.
2. Materi
ajar yang dipilih adalah Peluang.
3. Ruang
lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa kelas IX di SMP Negeri I
Binangun.
4. Penelitian
akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013.
Dari
pembatasan tersebut peneliti mengambil judul “Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Menggunakan Metode Pembelajaran Kontekstual Materi Peluang pada
Siswa Kelas IX SMP Negeri I Binangun Tahun Ajaran 2012/2013”.
E.
Rumusan
Masalah
Perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah apakah mengajar dengan Metode Pembelajaran
Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dalam materi
peluang pada siswa kelas IX SMP Negeri I Binangun tahun ajaran 2012/2013?
F.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mengajar dengan Metode
Pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
dalam materi peluang pada siswa kelas IX SMP Negeri I Binangun tahun ajaran
2012/2013?
G.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya
terutama yang erat kaitannya dengan permasalahan di atas.
2. Agar
para guru mengetahui metode pembelajaran yang tepat bagi para siswanya.
3.
Agar siswa dapat
termotivasi dalam belajar.
BAB
II
A.
Kajian
Teori
1.
Definisi
Prestasi Belajar Matematika
a. Definisi
Prestasi
1) Poerwadarminta
(1974;769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai
oleh seseorang dalam suatu usaha yang dilakukan atau dikerjakan.
2) Defenisi
di atas sejalan dengan pendapat Winkel (1986;102) yang menyatakan bahwa
prestasi adalah bukti usaha yang dicapai.
3) Soejanto
(1979;12) menyatakan bahwa prestasi belajar dapat pula dipandang sebagai
pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukan oleh siswa melalui
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, keterampilan,
analisis, sintesis, evaluasi serta nilai dan sikap.
Kesimpulan: berdasarkan
pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai
siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi
antara beberapa faktor.
b.
Definisi Belajar
1)
Usman (1995;5).mengatakan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dan individu dengan lingkungannya.
2)
Moh.Surya (1981;32) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
3)
Menurut Darsono (2001:4) adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap.
Kesimpulan: Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan yang disebut
sebagai hasil belajar.
c.
Definisi Matematika
1)
Sujono (1988:5) menyatakan
bahwa matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik.
2)
(Ruseffendi,
1988:160) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena
itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
3)
Plato berpendapat, bahwa
matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka
mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain.
Kesimpulan: Dari
beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah queen
of science (ratunya ilmu).
d.
Definisi Prestasi Belajar Matematika
1) Poerwadarminta
(1974:769) mendefinisikan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai
oleh seseorang dalam usaha belajar matematika yang dilakukan atau dikerjakan.
2) Soejanto
(1979:12) menyatakan bahwa prestasi belajar matematika dipandang sebagai
pencerminan dari pembelajaran yang ditunjukan oleh siswa melalui
perubahan-perubahan dalam bidang matematika.
3) Winkel (1986:
102) yang menyatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah bukti usaha
pembelajaran matematika yang dicapai.
Kesimpulan: Berdasarkan pengertian
prestasi yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa prestasi
belajar matematika adalah tingkat penguasaan
yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
2.
Definisi Pendekatan Pembelajaran Matematika
a. Definisi Metode
Pembelajaran Kontekstual:
1)
Johnson (Kunandar, 2007
: 295) mengartikan pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang
bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan
budayanya.
2)
Center on Education and
Work at the University of Wisconsin Madison (Kunandar, 2007 : 295) mengartikan
pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu
guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam
kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja serta meminta
ketekunan belajar.
3)
pembelajaran
kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) menurut Nurhadi (dalam
Muslich, 2009 : 41), adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa
diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketempilan
baru ketika ia belajar.
Kesimpulan: Dari
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah konsep belajar yang membentu
guru menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi
sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan
masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
b. Ciri-Ciri Metode
Pembelajaran Kontekstual
1) Adanya
kerjasama antara semua pihak.
2) Menekankan
pentingnya pemecahan masalah atau problem.
3) Bermuara
pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
4) Saling
menunjang.
5) Menyenangkan,
tidak membosankan.
6) Belajar
dengan bergairah.
7) Pembelajaran
terintegrasi.
8) Menggunakan
berbagai sumber.
9) Siswa
aktif.
10) Sharing
dengan teman.
11) Siswa
kritis, guru kreatif.
12) Dinding
kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan sebagainya.
13) Laporan
kepada orang tua bukan saja rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.
c. Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
1) Pembelajaran
dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada
ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna
(meaningful learning).
3) Pembelajaran
dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by
doing).
4) Pembelajaran
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman
(learning in a group).
5) Pembelajaran
memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan
saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know
each other deeply).
6) Pembelajaran
dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama
(learning to ask, to inquiry, to work together).
7) Pembelajaran
dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
d. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kontekstual
1) Pembelajaran
Pendahuluan (Pre-instructional Activities)
Pada umumnya kegiatan
pembelajaran pendahuluan atau kegiatan awal dilaksanakan dengan kegiatan
apersepsi atau prates. Dalam pembelajaran kontekstual, selain melaksanakan
kegiatan tersebut kegiatan pembelajaran pendahuluan dikembangkan dengan
kegiatan lain yang merupakan penjabaran dari prinsip “keterkaitan” (relating).
2) Penyampaian
Materi Pembelajaran (Presenting Instructional Materials)
Hal yang sangat penting
untuk diperkatikan oleh guru penyampaian materi pembelajaran dalam pembelajaran
kontekstual hendaknya jangan terlalu banyak penyajian yang bersifat
“ekspositori (ceramah, dikte), dan deduktif”. Namun sebaliknya gunakanlah
sebanyak mungkin metode penyajian atau presentasi seperti inquisitory,
discovery, diskusi, inventori, induktif, penelitian mandiri.
3) Pemancingan
Penampilan siswa (Eliciting Performance)
Siswa merupakan subjek
pembelajaran, bukan objek pembelajaran. Oleh sebab itu, siswalah yang lebih
banyak berperan aktif dalam pembelajaran dari pada guru. Dalam hal ini, guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu menyiapkan fasilitas dan
kondisi pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif belajar. Untuk
dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, guru harus mampu memancing penampilan
siswa (eliciting performance). Hal ini dimaksudkan untuk “ membantu siswa dalam
menguasai materi atau mencapai tujuan pembelajaran melalui kegiatan latihan
(exercise) dan praktikum.
4) Pemberian
Umpan Balik (Providing Feedback)
Pada umumnya pemberian
umpan balik (providing feedback) dilakukan melalui kegiatan pascates. Hasilnya
kemudian diinformasikan kepada siswa sebagai bahan umpan balik. Umpan balik itu
sendiri diartikan yaitu informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan
belajarnya.
5) Kegiatan
Tindak Lanjut (Follow Up Activities)
Kegiatan tindak lanjut
dalam pembelajaran kontekstual, merupakan pembelajaran tingkat tinggi. Hal ini
dikarenakan bentuk kegiatan tindak lanjut berupa mentransfer pengetahuan
(transfering), pemberian pengayaan, dan remedial (remedial and enrichment).
B.
Kerangka Berpikir
Prestasi
belajar adalah suatu ukuran untuk melihat keberhasilan belajar yang dilakukan
oleh siswa pada waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes.
Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan
menjadi dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah
satu faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran yang kurang sesuai
dapat mengurangi minat siswa dalam belajar. Namun sebaliknya, jika minat
belajar siswa tinggi berarti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sudah
sesuai. Dan metode pembelajaran kontekstual adalah metode pembelajaran yang
tepat untung memancing minat belajar siswa dan diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajarnya.
C.
Hipotesis
Dari paparan teoritis sebagaimana uraian diatas
maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa Metode Pembelajaran Kontekstual dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IX di SMP Negeri I
Binangun.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP
Negeri I Binangun.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari – Juni Tahun 2013.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian eksperimental semu (quasi experimental
research), karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel
yang relevan. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel
bebas yaitu Strategi Problem Solving yang
melibatkan Multiple Intelligences siswa.
Sedangkan variabel bebas lain yang ikut mempengaruhi variabel terikat
adalah motivasi belajar siswa.
C. Populasi,
Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1.
Populasi
Populasi
penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IX di SMP Negeri I Binangun pada tahun
ajaran 2012/2013.
2. Sampel
Sampel dalam
penelitian ini diambil secara random dari populasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Sampel kemudian dibagi menjadi siswa-siswa yang dikenai Strategi Problem Solving yang melibatkan Multiple Intelligences siswa dan
siswa-siswa yang dikenai pembelajaran dengan strategi ekspositori.
3. TeknikPengambilanSampel
Dalam
penelitian ini digunakan teknik Cluster
Random Sampling. Untuk menentukan sampel dengan teknik ini terlebih dahulu dipilih
seluruh kelas IX dalam satu sekolah, kemudian diambil dua kelas dengan cara
diundi. Dua kelas ini adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D.
Identifikasi
Variabel
Pada
penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1. VariabelBebas
Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah strategi Pembelajaran.
a. Definisi
Konseptual : strategi pembelajaran adalah seperangkat langkah-langkah yang
dilakukan dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
b. Skala
pengukuran : Skala nominal.
c.
Indikator : Kelas yang dikenai Strategi Problem Solving yang melibatkan Multiple
Intelligences siswa dan kelas yang dikenai pembelajaran dengan strategi
ekspositori.
d. Simbol
: ai, dengan i = 1, 2
a1 = Strategi Problem
Solving
a2
= strategi ekspositori.
2. VariabelTerikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi
belajar matematika.
a. Definisi
Konseptual : Prestasi adalah suatu indicator keberhasilan seseorang dalam
mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
b. Skala pengukuran : Skala
interval.
c.
Indikator
: Nilai tes prestasi belajar matematika.
d.
Indikator
: Nilai tes prestasi belajar matematika.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. MetodeDokumentasi
Menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 135) dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
Metode ini
digunakan untuk memperoleh daftar nama siswa dan nilai rapor. Tujuan dari
penggunaan dokumen ini adalah untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan
kelas kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak.
2. MetodeTes
Pada penelitian ini
metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar
matematika yang berbentuk pilihan ganda.
Sebelum instrumen
tes digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian terlebih dahulu dilakukan
uji coba terhadap tes tersebut. Uji coba ini dilakukan meliputi 2 hal sebagai
berikut:
a.
Analisis
Instrumen
Analisis
instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal tes telah memenuhi syarat
validitas dan reliabilitas atau belum.
1). Uji
validitas isi
Menurut Budiyono
(2003: 58), suatu instrument valid menurut validitas isi apabila isi instrument
tersebut merupakan sampel yang representativ dari keseluruhan isi hal yang akan
diukur. Pada kasus ini, validitas tidak dapat ditentukan dengan
mengkorelasikannya dengan suatu kriterium, sebab tes itu sendiri adalah
kriteria dari suatu kerja.
Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyusunan tes agar memenuhi validitas isi adalah
sebagai berikut:
a)
Tes
harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau
dari materi yang diajarkan.
b)
Penekanan
materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
c)
Materi
pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami
oleh tester.
(Budiyono, 2003:
58)
Untuk menilai
apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang baik atau tidak, dilakukan
melalui penelitian yang dilakukan oleh pakar (experts judgement).
2). Uji
Reliabilitas
Instrumen dikatakan
reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan
pengukuran lagi pada obyek yang berbeda pada waktu yang berlainan. Reliabilitas
tes hasil belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
Keterangan:
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
pi : proporsi cacah subyek yang menjawab
benar pada butir ke-i
q1 : 1- pi
st2 : variansi total
(Budiyono, 2003:
69)
Dalam
penelitian ini soal tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang baikjika dipenuhi
.
b.
Analisis
Butir Instrumen
Analisis butir instrumen meliputi uji tingkat kesukaran,
daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh.
1). TingkatKesukaran
Butir soal yang baik adalah butir
soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu mudah
dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab
soal benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi
Arikunto, 1998:212)
Dalam penelitian ini soal yang
dipakai adalah pada rentang tingkat kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.
2). DayaPembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan
tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan
siswa yang kurang pandai. Rumus untuk mencari
daya pembeda suatu butir soal adalah:
dengan D = daya pembeda soal
nA = banyaknya peserta kelompok
atas
nB = banyaknya peserta kelompok bawah
ΣA =
banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
ΣB = banyaknya peserta kelompok bawah yang
menjawab soal
dengan benar
(Sumarna
Surapranata, 2006: 31)
Dalam penelitian ini, suatu butir
soal akan dipakai dan dianggap mempunyai daya pembeda yang baik jika indeks
daya pembedanya bernilai 0,30 – 1,00.
3). Berfungsinya
pengecoh
Pengecoh
dalam soal tes dikatakan berfungsi jika dipilih setidaknya 5% dari keseluruhan
peserta tes.
F.
Uji
Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) dalam keadaan seimbang atau
tidak. Statistik uji yang digunakan adalah uji-t.
Sebelum dilakukan uji keseimbangan, maka terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat uji keseimbangan, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas variansi.
1.
UjiNormalitas
Untuk menguji normalitas ini
digunakan metode Lilliefors dengan prosedur sebagai berikut:
a.
Hipotesis
H0 :
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 :
sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b.
Taraf signifikansi (α = 0,05)
c.
Statistik Uji
;
Keterangan:
F(Zi) : P(Z<Zi) ; Z ~ N(0, 1)
S(Zi) : proporsi cacah Z<Zi
terhadap seluruh cacah Z
Xi : skor responden
d.
Daerah Kritik (DK) = { L | L>Lα ; n} ; n adalah ukuran sampel
e.
Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
f.
Kesimpulan
1)
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal jika H0 tidak ditolak.
2)
Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2003: 169)
2.
UjiHomogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai
berikut:
a.
Hipotesis
H0 :
= = ... = (variansi
populasi homogen)
H1
: paling tidak ada satu (variansi
populasi tidak homogen) untuk ; i = 1, 2, ..., k; j = 1, 2, ..., k
b.
Taraf signifikansi (α = 0,05)
c.
Statistik Uji
Keterangan:
k : banyaknya sampel pada populasi
f : derajat kebebasan untuk RKG
= N – k
N : cacah semua pengukuran
fj : derajat kebebasan untuk Sj2
= nj -1
j : 1, 2, ..., k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
d.
Daerah Kritik (DK) = {χ2 | χ2>
χ2α ; k-1}
e.
Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ2 terletak
di daerah kritik
f.
Kesimpulan
1)
Populasi-populasi homogen jika H0 tidak
ditolak.
2)
Populasi-populasi tidak homogen jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2003:
176-177)
Langkah-langkah uji keseimbangan adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : m1
= m2
(kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1 : m1¹m2
(kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikansi : a = 0,05
c. Statistik Uji
;
Keterangan:
: mean dari kemampuan awal kelas
eksperimen
: mean dari kemampuan awal kelas
kontrol
: variansi dari kemampuan awal
kelas eksperimen
: variansi dari kemampuan awal
kelas kontrol
n1 :
jumlah siswa kelas eksperimen
n2 : jumlah siswa kelas kontrol
d. Menentukan daerah kritik
DK = {tçt< -ataut>}
e. Keputusan Uji
Tolak H0 jika harga tobs
terletak di daerah kritik.
f.
Kesimpulan
1)
Ketiga
kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama jika H0 tidak ditolak
2) Ketiga kelas sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika
H0 ditolak.
(Budiyono,
2003: 151)
G.
Teknik
Analisis Data
1.
UjiPrasyaratAnalisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas variansi.
a.
UjiNormalitas
Untuk menguji normalitas ini
digunakan metode Lilliefors dengan prosedur sebagai berikut:
1)
Hipotesis
H0 :
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 :
sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2)
Taraf signifikansi (α = 0,05)
3)
Statistik Uji
;
Keterangan:
F(Zi) : P(Z<Zi) ; Z ~ N(0, 1)
S(Zi) : proporsi cacah Z<Zi
terhadap seluruh cacah Z
Xi : skor responden
4)
Daerah Kritik (DK) = { L | L>Lα ; n} ; n adalah ukuran sampel
5)
Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
6)
Kesimpulan
a)
Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal jika H0 tidak ditolak.
b)
Sampel tidak berasal dari populasi yang
berdistribusi normal jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2003: 169)
b.
UjiHomogenitas Variansi Populasi
Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:
1)
Hipotesis
H0 :
= = ... = (variansi
populasi homogen)
H1
: paling tidak ada satu (variansi
populasi tidak homogen) untuk ; i = 1, 2, ..., k; j = 1, 2, ..., k
2)
Taraf signifikansi (α = 0,05)
3)
Statistik Uji
Keterangan:
k : banyaknya sampel pada populasi
f : derajat kebebasan untuk RKG = N – k
N : cacah semua pengukuran
fj : derajat kebebasan untuk Sj2 = nj
-1
j : 1, 2, ..., k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
4)
Daerah Kritik (DK) = {χ2 | χ2>
χ2α ; k-1}
5)
Keputusan Uji
H0 ditolak jika χ2 terletak di
daerah kritik
6)
Kesimpulan
a)
Populasi-populasi homogen jika H0 tidak
ditolak.
b)
Populasi-populasi tidak homogen jika H0
ditolak.
(Budiyono, 2003: 176-177)
2.
PengujianHipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan uji-t.Langkah-langkah
uji-t adalah sebagai berikut:
a.
Hipotesis
H0 : m1
= m2
(kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal sama)
H1 : m1¹m2
(kedua kelas populasi memiliki kemampuan awal berbeda)
b.
Taraf
Signifikansi : a = 0,05
c.
Statistik
Uji
;
Keterangan:
: mean dari kemampuan awal kelas
eksperimen
: mean dari kemampuan awal kelas
kontrol
: variansi dari kemampuan awal
kelas eksperimen
: variansi dari kemampuan awal
kelas kontrol
n1 : jumlah
siswa kelas eksperimen
n2 :
jumlah siswa kelas kontrol
d. Menentukan daerah kritik
DK
= {tçt< -ataut>}
e.
Keputusan Uji
Tolak
H0 jika harga tobs
terletak di daerah kritik.
f. Kesimpulan
(a) Ketiga kelas sampel memiliki kemampuan awal yang sama
jika H0 tidak ditolak.
(b) Ketiga kelas sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika
H0 ditolak.
(Budiyono,
2003: 151)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar